Aneka pola rawatan burung cucak ijo jawara

Orang
bilang merawat cucak hijau itu tak gampang. Terutama menjaga stabilitas
performanya. Sesekali nampil optimal, tapi pada lomba-lomba berikutnya
lebih sering melempem. Namun, pesona cucak hijau ternyata tetap memikat
hati kicaumania.
Terbukti
dari jumlah peserta yang nyaris selalu penuh dari lomba ke lomba,
bahkan setingkat latber sekalipun. Sebagai gambaran lagi, di Owen Award
yang even baru akan digelar pada 3 Oktober yang akan datang, hingga
berita ini ditulis, jenis cucak hijau semua kelas sudah habis terpesan!
Salah satu "kelemahan" dari cucak hijau yang harus dipahami betul di antaranya adalah bulu mudah rontok. Kalau kaget, misalnya saat masih tidur dibangunkan paksa, bulu bisa jatuh. Bila itu terjadi menjelang lomba, biasanya burung juga lantas tak mau kerja.
Sejumlah
burung yang awalnya langganan juara, prestasinya kemudian bias terus
merosot secara permanen. Kalau sudah begini dan pemilik menyerah,
biasanya lantas dilego dengan harga murah. Contohnya adalah cucak hijau
Jamrud, yang langganan juara antara tahun 2007-2008, namun kemudian
tidak stabil, lebih banyak tak kerjanya setiap kali dilombakan.
Burung
kemudian berpindah tangan ke Marsono, yang tinggal di kawasan Jombor,
Jogja. Setelah coba dipelajari, Marsono kemudian menyadari bahwa sang
jagoan rupanya jenuh berada di tempat yang sama untuk waktu yang lama,
sehingga perlu dipindah ke lokasi atau kamar baru agar mendapatkan
suasana yang baru.
Betul juga, di tempat yang baru, sang jagoan menjadi lebih mudah gacor dan gairah untuk bertarungnya muncul lagi.
Ada
juga jagoan yang dari sejak dibeli hingga kini tampil cukup stabil,
misalnya Presiden-nya Handi Hoho. Namun, belakangan ini Presiden juga
mulai masuk rontok bulu sehingga sampai lebaran berakhir, bisa
dipastikan Presiden mulai absen dari lomba, kemungkinan sampai bakda
lebaran, seperti Owen Award, barulah mulai dicoba lagi untuk bertarung
dalam suasana yang baru.
Sementara
itu, menurut Mr Gandang yang mengorbitkan Alpacino dan kini juga
Alcapone, salah satu resep jitu menjaga stabilitas cucak hijau adalah
dengan terus menjaga setiap hari agar birahinya tidak berlebihan.
Kalau
birahi berlebihan, sifat tarungnya berlebihan, burung bisa mengejar
musuh, lagu bisa putus-putus, atau suara dan power tak keluar, hanya
gayanya saja yang tampak dari jauh. "Beberapa waktu lalu saat
konsentrasi terpecah karena kita semua lagi demen nonton Piala Dunia
misalnya, Alcapone juga sempat beberapa waktu kurang nampil. Namun
sekarang setelah saya konsentrasi lagi dalam merawat dan memantau
burung, sudah mau nampil
lagi."
Dwi
yang sehari-hari merawat Presiden mengungkapkan, perawatan burung itu
sebenarnya biasa saja. Jangkrik misalnya, diberikan pagi dan sore
masing-masing lima ekor.
Pisang
diberikan terus-menerus setiap hari. Jemur dilakukan pagi setiap dua
jam. Mulai Jumat, ditambah ular hongkong. Mandi setiap pagi diberikan
pada cepuk, dibebaskan untuk mandi sepuasnya.
"Pada
kasus Presiden, burung ini memang figther sekali, panas. Jadi malah
harus sering dilombakan. Seminggu atau paling lambat dua pekan sekali
harus tarung, kalau sapai telat hingga 3 pekan, biasanya malah 'suloyo'
kurang nampil," kata Dwi.
Sementara
itu untuk eksfood, bila cuaca mendung cukup dengan 5-10 biji ulat
hongkong tetapi bila cuaca panas hanya membutuhkan 5 biji ulat hongkong.
Pengontrolan tetap dilakukan, pada burung yang sangat agresif maka
harus diberikan buah papaya untuk meredam panas dari ekstra fooding yang
berlebihan, cukup hanya kita melihat 10 menit kondisi burung yang akan
digantangkan di lapang, bila kurang agresif tinggal menambah fooding
yang diperlukan.
Ditempel master
Cucak
hijau adalah burung yang pelupa. Untuk memastikan lagu mainan cucak
hijau tidak hilang, maka direkomendasikan untuk selalu menempel dengan
master, baik selama di kamar sewaktu istirahat, saat dijemur, hingga
saat dianginkan.
Presiden
misalnya, ditempel master tak cukup satu ekor, tetapi banyak master.
Cucak jenggot dan kapas tembak saja empat ekor sendiri, belum jenis yang
Iain. Kalau tak mau repot, juga bisa memanfaatkan jasa pemaster
elektronik.
Ciri burung prospek
Cucak
hijau memiliki sejumlah varian. Cucak hijau asal sumatera biosa dilihat
dari body yang berukuran lebih kecil, warna hijaunya juga lebih muda.
Sedangkan cucak hijau asal Jawa Timur seperti daerah Banyuwangi, bodi
burung lebih besar dan panjang, warna hijaunya lebih tua.
Untuk memperbandingkan burung bakal yang prospek atau tidak, bukan ditentukan berdasar asal habitat tetapi melihat posturnya.
Burung
prospek umumnya ditandai oleh bagian atas kepalanya jeprak. Jika
bertemu lawan, sayapnya segera bergetar atau ngentrok. Bila ngentroknya
hanya setengah, maka burung tersebut punya kebiasan membongkar lagu
tetapi bila ngentroknya full biasanya burung hanya memiliki volume yang
keras.
Dodi BM pemandu bakat dari
Purwokerto yang mengorbitkan cucak hijau Extra Joss, mempunyai kiat-kiat
khusus dalam memilih bakalan cucak hijau untuk kontes. Warna bulu,
menurutnya, harus yang hijau muda, postur jangan terlalu besar. Pilihlah
burung yang mempunyai postur panjang. Bulu kepala usahakan cari yang
agak tebal, karena burung dengan bulu kepala tebal biasanya akan dominan
saat dilombakan karena burung mudah menjambul.
Jaga kestabilan
Menampilkan
burung, di mana saja, ternyata memang tidak bias dipukul rata.
Masing-masing memiliki karakter sesuai kondisioning yang dilakukan pada
burung itu sejak awal. Yang jelas, penangan perlu ekstra hati-hati
terutama saat menjaga kondisi di masa birahi.
Banyak
jawara cucak hijau yang prestasinya timbul tenggelam karena tidak bisa
menjaga kestabilannya saat burung dalam kondisi birahi. Namun ini
memang tidak berlaku untuk Monster, jawara cucak hijau kepunyaan Hartoyo
dari Jakarta.
Dalam kondisi apa
pun prestasinya tetap terdongkrak. Tercatat puluhan kali gelar juara
yang dipetik sang gaco di beragam even penting.
"Saya sendiri sampai lupa sudah berapa kali juaranya," ungkap sang pemilik yang kala mentransfernya dari H Irfan Tangerang.
Lantas,
bagaimana kiat sang perawat menjaga kestabilannya hingga terus terjaga
dengan performa yang sempurna? Padahal menurut Yudi, perawatnya,
penanganan kesehariannya sangat sederhana.
Tidak
perlu menggunakan kandang umbar, eksfood juga cukup jangkrik 5-5 ekor
setiap harinya ditambah 2 ekor ulat bambu di siang harinya. Untuk
kebutuhan buah diberikan pisang kepok diselingi apel merah. Kecuaii hari
Senin, diberi papaya. "Untuk menurunkan birahinya agar jangan terlalu
tinggi," kata sang perawat.
Keseharian
burung ditempel parkit, dengan suara cerecetan panjang. Ini disesuaikan
dengan lagu dasarnya yang memang nyerecet panjang. Beres mandi,
burung dijemur cukup 2-3 jam.
Untuk
setting lapangan juga tidak perlu repot. Cukup ditambah eksfood
jangkrik 5 ekor jangkrik, total jadi 15 ekor berikut ditambah sedikit
kroto. Sebelum digantang burung di obok tangan, digoda agar terpancing
birahinya naik. Setelah itu langsung digantang. Begitu ketemu lawan,
burung langsung nge-figh, dengan materi lagu yang super komplet mulai
dari isian srindit, tembakan celilin hingga lagu dasar parkit didukung
volumenya yang tembus semakin mempertajam tonjolannya di lapangan.
Bahkan,
kondisi lapangan tidak mempengaruhi sang jawara dalam aksinya ketika
ketemu lawan. Baik lapangan terbuka maupun bertenda, Monster tetap on
fire ketika dikepung lawan. Justru tipe lapangan bertenda, menurut
pemiliknya, yang paling disukainya.
Yang
penting, kondisi burung dijaga dengan tidak menurunkannya setiap
minggu, cukup selang-seling, dua pekan sakali. Itupun hanya di even-even
penting.
Lain halnya dengan cara
perawatan Monster, lain pula cara yang dilakukan Rusdy Bintaro. Ya,
bicara cucak hijau blok barat, tidak lepas dari nama Rusdy Bintaro. Dari
tangannya banyak burung cucak hijau mencorong di tangga juara, sebut
saja seperti Mezzo milik Raymond Bachtiar yang hingga saat ini
prestasinya masih di peringkat atas. Ada juga nama lain seperti Obama,
Geger, Green Peace, Bandit, Prahara, dan yang sekarang sedang
diorbitkannya adalah Kharisma.
Bagaimana
kiat Rusdy, mencetak beberapa calon gaconya hingga bisa moncer di
tangga juara? Di kediamannya saat ini sdi kawasan Bintaro sedikitnya ada
6 ekor cucak hijau orbitannya dalam satu rumah petak khusus burung.
"Yang penting, jangan saling melihat satu sama lainnya, baik saat mandi
maupun dijemur," jelasnya.
Bahkan
untuk menjaga kondisi burung agar jangan sampai terkena masa birahi
akibat pengaruh burung lain, dia juga pantang cucak hijau saling melihat
dengan burung lainnya, baik itu sejenis maupun burung isian. Jangankan
burung sejenis, burung gereja liar saja jangan sampai mengganggu
sehingga membuatnya jadi birahi.
Begitu
dikeluarkan pagi burung langsung masuk bak mandi. Satu persatu burung
dimandikan. Tanpa saling melihat. Beres mandi, burung di jemur dengan
penempatan berjauhan. Untuk penjemuran dia kerap memafaatkan rumah
tetangganya untuk numpang nitip jemur, agar saling berjauhan satu sama
lain tidak saling melihat.
Masa
penjemuran juga tidak terlalu lama, paling banter sampai pukul 10 pagi.
Sedangkan untuk kebutuhan eksfood jangkrik disesuaikan dengan kebiasaan
masing-masing burung. Karena satu sama lain memiliki karakter berbeda.
Ada yang satu hari jangkriknya diberikan lebih dari 10 ekor tetapi ada
yang kurang dari itu.
Begitu juga
pemberian ulat maupun krotonya ada yang diberi ulat hongkong juga ada
yang hanya diberikan sedikit kroto. Yang penting kebutuhan buahnya tetap
terpenuhi sebagai pakan utama selain voer.
Perbedaan
penanganan ini juga dalam hal kandang umbar. Ada yang mau diumbar
bahkan ada yang diumbar tapi justru kerja lapangannya kurang maksimal.
"Tergantung karakter dan kebiasaannya," kata Rusdy.
Khusus
kandang umbarnya ini memang antik, sesuai jenis cucak hijau yang
memiliki kebiasaan terbang vertical ke atas, kandang pun dibuat lebih
tinggi. Ukuran lebar cukup 1,5 meter x panjang 2 meter x tinggi 2,3
meter. Posisi tangkringan di tempatkan di bawah dan atas. Penempatan
umbaran relatif.
"Posisi umbaran
sengaja dibuat terbang dari bawah ke atas atau sebaliknya, jenis cucak
hijau kan berbeda dengan murai atau kacer yang terbang mendatang,"
jelasnya lagi.
Tapi untuk cucak
hijau yang baru mulai belajar diumbar harus melalui tahapan, dengan cara
menempatkan posisi tangkringan diatur tidak langsung atas bawah.
Intinya, mengorbitkan cucak hijau jawara menurut Rusdy adalah dimulai
dari kualitas burung itu sendiri. Terutama materi lagu maupun kualitas
volumenya.
Setelah itu, rawatan
harian hingga perawatan H-1 menjelang lomba juga perlu perhatian sesuai
karakter burung. Setelah itu juga setting lapangan hingga setting
menggantang burung di lapangan. "Untuk ini masing-masing burung berbeda,
ada yang harus diobok-obok dulu sebelum di gantang dan lainnya,"
ungkapnya.
Hindari rontok total
Apa
yang terjadi jika cucak hijau dengan sengaja dirontokkan oleh
pemiliknya. Maka yang terjadi kemudian cucak hijau stress dan rusak. Ya,
cucak hijau yang dirontokkan dengan sengaja biasanya sulit sekali
ditampilkan seperti sedia kala. Bisa membutuhkan waktu lebih dari
setahun untuk bias pulih.
Anehnya
cucak hijau yang bagus di lapangan biasanya cucak hijau yang dalam
kondisi sedikit rontok. Kondisi ini sebagai pertanda bahwa cucak hijau
dalam kondisi top performa. "Cucak hijau yang sedang fit akan ditandai
dengan rontok bulu sedikit-sedikit," tutur Silas, pemandu bakat burung
khususnya cucak hijau.
Beberapa
pantangan buat cucak hijau, lanjut Silas, selain tidak boleh dirontokkan
dengan sengaja juga sangkar tidak boleh diganti-ganti. Kalau sangkar
yang sudah biasa dipakai tiba-tiba diubah, maka burung tersebut akan
langsung macet. Hal yang juga mesti diperhatikan bagi pemain cucak
hijau, untuk mempertahankan perfoma, jangan memelihara hanya satu ekor
cucak hijau.
Cucak hijau, kata Silas punya karakter yang
unik.
la butuh gandengan selama di rumah. "Sebaiknya pelihara 2-3 ekor,"
ungkap Silas. Cucak hijau yang jarang digandeng akan terbiasa tertidur
di siang hari dan menambah kemalasannya.
Namun,
lanjut pria yang tinggal di Sanglah Denpasar ini, cucak hijau di dalam
rumah mesti selalu dalam kondisi dikerodong. Tidak baik dua atau lebih
cucak hijau dibiarkan terbuka sepanjang hari. Hal ini akan menumpulkan
sifat tarungnya. Jika dalam kondisi dikerodong dan sesekali dibuka
sesuai waktu saat lomba, maka semangat tarungnya akan tumbuh.
Sementara
untuk makanan, cucak hijau tidak perlu ditakar. Terlebih lagi menjelang
lomba, cucak hijau butuh ekstrafod jangkrik sebanyak-banyaknya. Semakin
banyak mau makan maka akan semakin bagus penampilannya di lapangan.
Terkadang kesulitan untuk memberikan makanan karena sesuatu sebab.
Karena itu, perawatan harian akan menentukan kelahapannya ketika
menjelang lomba. "Cucak hijau mesti dimandikan dulu baru dijemur dan
tidak dianjurkan sebaliknya," tutur Silas.
Pilih bakalan
Sementara
itu seorang pengulak burung di Bali, Naryo, memberi tips cara membeli
cucak hijau untuk para penghobi lomba. "Beli burung setengah jadi atau
beli di latberan," papar Naryo.
Burung
setengah jadi, biasanya sudah teruji aman jika digandeng dengan burung
lain. Berbeda dengan bakalan yang membutuhkan proses pendewasaan dan
pelatihan turun ke lomba.
"Toh begitu, jika di pasar ada bakalan yang bagus saya juga ambil," papar Naryo.
Memilih
bakalan cucak hijau, menurut Naryo perlu ditekankan kepada dua hal,
yakni mental gandeng dan mau ngentrok. Biasanya warna hijau pupus atau
hijau muda lebih memilki karakter tarung dibandingkan dengan cucak hijau
berwarna hijau tua.
Soal lagu
bisa dengan mudah diisi. Hal yang penting adalah bagaimana agar cucak
hijau mau digandeng dengan musuhnya. Cucak hijau seperti ini biasanya
punya karakter tersendiri dan bisa dicermati ketika digandeng di pasar.
Sepintas,
bakalan yang bagus akan memperlihatkan karakternya ketika digandeng
termasuk juga ngentroknya walaupun hanya sesaat. "Tidak semua cucak
hijau punya mental gandeng," papar Naryo.
Begitu
juga dengan bentuk tubuh cucak hijau, menrut Naryo tidaklah menentukan.
Sebab, dari pengamatannya, banyak cucak hijau bertubuh kecil bisa
tampil di lapangan. Sebaliknya cucak hijau yang bertubuh besar malah
terkadang kurang mau tarung.
Sementara
itu berdasar pantauan Agrobur, harga bakalan cucak hijau di Bali jauh
lebih murah dibandingkan di Jawa. Di pasar burung Bali, harga bakalan
cucak hijau berkisar 500 ribuan, sebaliknya di Jawa sekitar 700 ribuan.
Namun untuk setengah jadi, di Bali bisa menembus 700 ribuan.
Meski lebih murah, tidak sedikit pemain atau pengulak Bali membeli bakalan ke Jawa. Bahkan dibandingkan membeli bakalan, akan lebih praktis memilih setengah jadi di latber-latber di Jawa dengan harga berkisar 900 ribuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar